Laki-laki itu menjadi terkejut dan dilihatnya segumpal awan
berjalan kea rah tertentu. Awan itu kemudian berubah menjadi hujan dan jatuh
pada areal tanah yang penuh dengan batu hitam.
Di tempat itu ada sebuah sungai kecil yang menampung air
itu. Laki-laki itu lalu mengikuti arah air itu mengalir. Ternyata air itu masuk
ke sebuah kebun. Dilihatnya ada seseorang yang tengah sibuk membenahi saluran
agar air yang mengalir ke kebunnya mengalir dengan lancar.
“Hai hamba Allah, siapakah nama Anda?” sapa laki-laki itu.
“Namaku Fulan,” sahut orang itu.
Mendengar nama yang disebutkannya, laki-laki itu jadi ingat
nama yang didengarnya dari atas awan tadi.
“Mengapa Anda menanyakan namaku?” pemilik kebun itu balik
bertanya.
“Aku telah mendengar suara dari awan yang telah berubah
jadi air ini. Suara itu mengatakan, ‘Airilah kebun si Fulan’, berarti yang
dimaksud adalah nama Anda. Apa sebenarnya yang Anda lakukan dengan kebun ini?”
“Kalau itu yang Anda katakana, maka ketahuilah,
sesungguhnya aku memperhitungkan hasil yang kudapat dari kebun ini.
Sepertiganya kusedekahkan kepada orang-orang miskin, para pengemis dan ibnu
sabil. Sepertiganya lagi kumakan bersama keluargaku dan sisanya yang sepertiga
lagi kukembalikan ke kebun sebagai benih untuk ditanam.
Begitulah, orang yang meninggalkan sifat kikir, maka Allah
akan menggantinya dengan kebaikan yang berlimpah.
Selesai.
0 komentar:
Posting Komentar