CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Senin, 23 September 2013

Ceres, Persephone & Pluto

Cerita ini diadaptasi dari Mitologi Yunani
Ceres, si Dewi Pertanian memiliki seorang putri yang cantik jelita bernama Persephone. Pada suatu hari ketika gadis itu sedang mengumpulkan bunga-bunga liar di padang rumput, Pluto, dewa penghuni kerajaan maut melihatnya.
Pluto amat terkesan oleh kecantikan dan sifat Persephone yang lemah gemulai. Karena Pluto jatuh cinta kepada gadis itu, dia menculik dan menaikkan Persephone ke dalam keretanya lalu menghilang di suatu jurang dan membawa Persephone ke istananya.

Sementara itu Ceres yang menunggu kepulangan putrinya di istana menjadi cemas, karena Persephone tak kunjung kembali. Ia kemudian mencarinya, di semak-semak belukar, di padang rumput dan di semua hutan sambil memanggil-manggil putrinya.

Sekeras apapun Ceres memanggil-manggil, Persephone tak dapat menjawabnya dari kedalaman Kerajaan Maut. Dewi Pertanian itu menjadi sedih. Ia menangis dan terus menangis.

“Sia-sia kau mencari putrimu, Ceres,” kata Matahari yang melihat penculikan Persephone. “Putrimu diculik oleh Pluto, yang hendak menjadikannya ratu di Kerajaan Maut.”

Mendengar penjelasan Matahari, Ceres segera menemui Yupiteruntuk memohon agar para dewa yang lain membantunya membebaskan Persephone. Tetapi tak ada satu dewa pun yang bersedia membantu ceres.

Dengan putus asa Ceres meninggalkan Olympus dan mengembara di padang-padang, ia merasa tak dapat menanggung kemalangan besar yang menimpa dirinya. Air mata Ceres terus-menerus berlinang membasahi pipinya. Kemudian titik-titik air matanya jatuh ke tanah membuat tumbuh-tumbuhan dan tanah menjadi kering. Manusia kekurangan hasil bumi dan mulai menderita kelaparan. Tak ada sesuatupun yang tumbuh dan binatang-binatang pun mati karena tak ada tumbuhan yang bisa dimakan.

Karena kasihan terhadap manusia, Yupiternakhirnya mengutus Merkurius pergi ke Kerajaan Maut, dengan perintah untuk membebaskan Persephone dan menyerahkan kembali kepada ibunya. Dengan memakai kasut terbangnya, merkurius menghadap Pluto.

“Kehendak Yupiter kuhormati,” kata Pluto. “Akan kubebaskan Persephone, agar kembali kepada ibunya.”

Pluto kemudian memanggil Persephone dan mengatakan kepadanya bahwa dia bebas untuk pergi. Sebelum Persephone berangkat pulang, Pluto memberinya buah delima ajaib. Siapapun yang memakan buah itu akan rindu untuk kembali lagi. Persephone kemudian meninggalkan kegelapan Kerajaan Maut, naik ke dunia yang diterangi sinar matahari.

Ceres menyambut kepulangan anaknya dengan gembira dan tiba-tiba bumi menjadi hijau kembali, bunga-bunga dan kuncup muncul dimana-mana. Semua makhluk hidup dapat memuaskan lapar dahaga mereka dan mereka kembali bahagia.

Beberapa bulan kemudian, kerena buah delima itu dimakan oleh Persephone, kini gadis itu merasa rindu kepada Pluto.

“Aku bahagia dan merasa senang tinggal bersama ibu di sini,” kata Persephone kepada ibunya. “Tetapi sesuatu  mendorongku untuk kembali ke Kerajaan Maut, tempat suamiku menanti diriku.”

Ceres langsung mengetahui bahwa Pluto telah menjadikan putrinya demikian. Meskipun ia berusaha meyakinkan Persephone untuk tetap tinggal bersamanya, tetapi kemauan putrinya itu sudah tak dapat dihalangi lagi.

Akhirnya Persephone kembali ke Istana Pluto dan tinggal di sana beberapa bulan. Selama masa itu, tumbuh-tumbuhan kehilangan buahnya dan angin utara berhembus membawa udara dingin dan badai.
Tetapi setelah Persephone kembali kepada ibunya, bimi menjadi hijau kembali, pohon-pohon penuh daun san buahnya.

Sesungguhnya Yupiter telah memutuskan, Persephone akan melewatkan waktunya delapan bulan bersama Ceres dan empat bulan bersama Pluto, suaminya. Dengan demikian semuanya akan adil.


Deikianlah sebabnya mengapa ada musim. Ketika Persephone turun menemui penghuni Kerajaan Maut, bumi berkabung. Ketika gadis itu kembali lagi, bumi cerah menghijau. Pergantian musim ini tak akan pernah berakhir.

Selesai.

Diceritakan kembali oleh Tira Ikranegara dalam buku Dongeng Pengantar Tidur; Greisinda Press, 2007.

0 komentar:

Posting Komentar