Cerita ini diadaptasi dari Mitologi Yunani
Ceres, si Dewi Pertanian memiliki seorang putri yang cantik jelita bernama Persephone. Pada suatu hari ketika gadis itu sedang mengumpulkan bunga-bunga liar di padang rumput, Pluto, dewa penghuni kerajaan maut melihatnya.
Ceres, si Dewi Pertanian memiliki seorang putri yang cantik jelita bernama Persephone. Pada suatu hari ketika gadis itu sedang mengumpulkan bunga-bunga liar di padang rumput, Pluto, dewa penghuni kerajaan maut melihatnya.
Pluto amat terkesan oleh kecantikan dan sifat Persephone
yang lemah gemulai. Karena Pluto jatuh cinta kepada gadis itu, dia menculik dan
menaikkan Persephone ke dalam keretanya lalu menghilang di suatu jurang dan
membawa Persephone ke istananya.
Sementara itu Ceres yang menunggu kepulangan putrinya di
istana menjadi cemas, karena Persephone tak kunjung kembali. Ia kemudian
mencarinya, di semak-semak belukar, di padang rumput dan di semua hutan sambil
memanggil-manggil putrinya.
Sekeras apapun Ceres memanggil-manggil, Persephone tak
dapat menjawabnya dari kedalaman Kerajaan Maut. Dewi Pertanian itu menjadi
sedih. Ia menangis dan terus menangis.
“Sia-sia kau mencari putrimu, Ceres,” kata Matahari yang
melihat penculikan Persephone. “Putrimu diculik oleh Pluto, yang hendak
menjadikannya ratu di Kerajaan Maut.”
Mendengar penjelasan Matahari, Ceres segera menemui
Yupiteruntuk memohon agar para dewa yang lain membantunya membebaskan
Persephone. Tetapi tak ada satu dewa pun yang bersedia membantu ceres.
Dengan putus asa Ceres meninggalkan Olympus dan mengembara
di padang-padang, ia merasa tak dapat menanggung kemalangan besar yang menimpa
dirinya. Air mata Ceres terus-menerus berlinang membasahi pipinya. Kemudian
titik-titik air matanya jatuh ke tanah membuat tumbuh-tumbuhan dan tanah
menjadi kering. Manusia kekurangan hasil bumi dan mulai menderita kelaparan.
Tak ada sesuatupun yang tumbuh dan binatang-binatang pun mati karena tak ada
tumbuhan yang bisa dimakan.
Karena kasihan terhadap manusia, Yupiternakhirnya mengutus
Merkurius pergi ke Kerajaan Maut, dengan perintah untuk membebaskan Persephone
dan menyerahkan kembali kepada ibunya. Dengan memakai kasut terbangnya,
merkurius menghadap Pluto.
“Kehendak Yupiter kuhormati,” kata Pluto. “Akan kubebaskan
Persephone, agar kembali kepada ibunya.”
Pluto kemudian memanggil Persephone dan mengatakan
kepadanya bahwa dia bebas untuk pergi. Sebelum Persephone berangkat pulang,
Pluto memberinya buah delima ajaib. Siapapun yang memakan buah itu akan rindu
untuk kembali lagi. Persephone kemudian meninggalkan kegelapan Kerajaan Maut,
naik ke dunia yang diterangi sinar matahari.
Ceres menyambut kepulangan anaknya dengan gembira dan
tiba-tiba bumi menjadi hijau kembali, bunga-bunga dan kuncup muncul
dimana-mana. Semua makhluk hidup dapat memuaskan lapar dahaga mereka dan mereka
kembali bahagia.
Beberapa bulan kemudian, kerena buah delima itu dimakan
oleh Persephone, kini gadis itu merasa rindu kepada Pluto.
“Aku bahagia dan merasa senang tinggal bersama ibu di
sini,” kata Persephone kepada ibunya. “Tetapi sesuatu mendorongku untuk kembali ke Kerajaan Maut,
tempat suamiku menanti diriku.”
Ceres langsung mengetahui bahwa Pluto telah menjadikan
putrinya demikian. Meskipun ia berusaha meyakinkan Persephone untuk tetap
tinggal bersamanya, tetapi kemauan putrinya itu sudah tak dapat dihalangi lagi.
Akhirnya Persephone kembali ke Istana Pluto dan tinggal di
sana beberapa bulan. Selama masa itu, tumbuh-tumbuhan kehilangan buahnya dan
angin utara berhembus membawa udara dingin dan badai.
Tetapi setelah Persephone kembali kepada ibunya, bimi
menjadi hijau kembali, pohon-pohon penuh daun san buahnya.
Sesungguhnya Yupiter telah memutuskan, Persephone akan
melewatkan waktunya delapan bulan bersama Ceres dan empat bulan bersama Pluto,
suaminya. Dengan demikian semuanya akan adil.
Deikianlah sebabnya mengapa ada musim. Ketika Persephone
turun menemui penghuni Kerajaan Maut, bumi berkabung. Ketika gadis itu kembali
lagi, bumi cerah menghijau. Pergantian musim ini tak akan pernah berakhir.
Selesai.
Diceritakan kembali oleh Tira Ikranegara dalam buku Dongeng Pengantar Tidur; Greisinda Press, 2007.
Diceritakan kembali oleh Tira Ikranegara dalam buku Dongeng Pengantar Tidur; Greisinda Press, 2007.
0 komentar:
Posting Komentar